PART 2
“Masuklah, dia sudah kesal
sama elu” panggilnya lalu seseorang masuk, Camel mulai melihat dari ujung kaki
sampai ke kepalanya dan betapa terkejutnya saat dia melihat wajah orang itu.
“Elu...” pekiknya.
-----------------------------------------------------
“Kenapa wajah elu
sekaget gitu liat gue” ucapnya santai, Camel tersenyum tipis lalu segera
berlari masuk kedalam pelukan orang itu.
“Ya ampun Han gue kangen berat sama
elu” ucapnya lalu memeluk lebih erat pria itu, membuat Han sedikit kesulitan
bernapas.
“Gue tau elu kangen
gue tapi jangan bunuh gue dulu dengan menekan pernapasan gue” ucapnya yang
langsung membuat Camel melepaskan pelukannya lalu mengaruk tengkuk lehernya
yang tak gatal tak lupa senyuman ia berikan.
“Sebentar, elu
sepupu Andre? Perasaan dulu elu nggak pernah bilang deh” ucapnya penuh
kebingungan, Han tertawa kecil lalu mengacak rambut gadis polos dihadapannya.
“Dia kan sepupu tak
dianggap” ucapnya santai yang langsung dapat tatapan tajam dari Andre.
“Dasar kalian berdua
nih suka banget bully gue, gue bully balik baru tau rasa” tantangnya, Camel tak
takut dengan ancamannya ia malah berkacak pinggang lalu memainkan kedua alisnya
turun naik.
“Jadi elu ancam gue
nih ceritanya, memang elu nggak takut gue kasih tau Rina kalau elu sering ke
klub malam” ucapannya yang sukses membuat Andre kaget dengan wajah bodohnya itu
dan ekspresinya sangat lucu.
“Ini baru lucu” pikirnya.
“Sial gue kalah
telak” Camel dan Han hanya tertawa mendengar ucapannya.
Camel menghentikan
tawanya lalu memandang Han dari samping, senyuman tipis ia munculkan menandakan
ia sangat senang dengan kehadiran pria disebelahnya. Pria yang dapat membuatnya
jatuh cinta untuk pertama kalinya, pria yang selalu membuatnya bahagia
sekaligus sedih saat Han telah meninggalkannya tiga tahun yang lalu.
Tapi yang namanya
cinta pertama susah dihapus membuatnya sedikit susah untuk menyukai orang lain.
Han yang mulai sadar akan tatapan Camel, menoleh ke samping melihatnya.
“Kenapa?” tanyanya.
“Kok elu sekarang
tinggi ya perasaan elu pendek deh” ucapnya berbohong.
“Iya dong gue kan
harus lebih tinggi dari elu supaya dapat jagain dari bahaya” ucapnya yang
sukses membuat Camel melonjak kesenangan, seutas senyum mulai terukir lagi
dibibir mungilnya.
“Aku memang tak
pernah salah saat mempunyai perasaan ini” ucapnya yang hampir seperti gumaman.
..............................................
Matanya memandang
keluar jendela kelas berharap bel segera bunyi padahal tinggal sepuluh menit
lagi maka bel berbunyi tapi menunggu sepuluh menit sangat terasa lama baginya,
jarinya mulai mengetuk meja dengan irama yang cepat membuat guru yang mengajar
didepan merasa terganggu dengan jemarinya yang terus mengetuk meja.
“Camel” teriak bu
Linda selaku guru kimianya, teriakannya sangat tergambar sekali dengan rasa
kesalnya.
“Ada apa bu?”
tanyanya seraya berdiri cepat.
“Kamu ini nggak bisa
diam apa, selalu saja membuat saya kesal sebagai hukumannya kamu...” ucapannya
tak terdengar lagi karena telah digantikan dengan suara bel yang berbunyi
menandakan akhirnya sekolah hari ini.
“Akhirnya” teriaknya
kesenangan seraya mengebrak meja, bukan dia saja tapi seisi kelas bersorak
gembira, neraka telah berakhir pikir mereka. Bu Linda hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Camel dan yang
lain seperti anak kecil.
Dengan langkah
semangat dia berjalan dikoridor, kadang tersenyum saat namanya dipanggil yang
hanya sekedar sapaan saja untuknya.
Matanya menangkap
sosok pria yang selalu membuatnya merasakan debaran aneh. Pria itu melambaikan
tangan kepadanya membuatnya tersenyum lalu menghampiri pria itu. Selalu saja
membuat Camel tersenyum seperti orang gila bahkan dia pernah berpikir sihir apa
yang digunakan Han sampai membuatnya tersenyum sendiri.
“Kok tau sekolah gue
disini elu ikuti gue ya, ayo ngaku” godanya pada Han dengan nada candaan.
“Buat apa coba gue
lakukan itu, kurang kerjaan aja, gue tau dari Andre secara elu kan satu sekolah
sama dia” ucapnya lalu mengusap rambut Camel dengan lembut, dia sangat suka
sekali menyentuh rambut Camel.
“Aku bisa gila kalau gini terus”.
Ditepisnya tangan
Han untuk menghilangkan rasa gugupnya yang akan segera menyerang dirinya saat
lengah.
“Rambut gue nanti
rusak” ucapnya lalu masuk kedalam mobil Han.
“Ingat, jaga rasa itu didepannya camel”.
Han hanya tersenyum
tipis lalu masuk kedalam mobil, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang
meninggalkan sekolah yang mulai sepi.
Mereka hanya diam
didalam mobil, Han yang memang tak mau berbicara supaya fokusnya tak terbagi
dua saat mengenderai mobil sedangkan Camel sibuk menetralkan detakan-detakan
yang sangat berirama sekaligus tak ingin menggangu konsentrasi Han.
“Sampai njumpa Little Bear” ucap Han setelah Camel
keluar dari mobilnya.
“Ih jangan panggil
gue dengan sebutan itu, nama bagus malah dipanggil itu” gerutunya yang membuat
Han tertawa melihat ekspresi Camel sekarang.
“Malah ketawa lagi”.
“Habisnya muka elu
lucu abis Cam” ucap Han yang semakin membuat Camel merengut sebal.
“Tau ah” ucapnya
lalu pergi meninggalkan Han yang masih tertawa.
Dia pun menghentikan
tawanya lalu menatap punggung Camel yang semakin menjauh lalu menghilang
seiringnya pintu yang menutup.
“Aneh” ucapnya pelan lalu meninggalkan
perkarangan rumah Camel.
Ia rebahkan tubuhnya
di atas kasur, merentangkan kedua tangannya lalu memejamkan matanya sebentar
lalu membukanya kembali karena ulah seseorang yang mengetuk pintu kamarnya
mengusik rasa nyamannya.
“Masuk” ucapnya lalu
wanita paruh baya memasuki kamarnya.
“Bibi mau tanya
non?” ucapnya pada Camel dengan nada sopan.
“Tanya apaan bi”
ucapnya lalu duduk diatas kasur.
“Ini saputangan
milik Non ya” ucapnya seraya memperlihatkan saputangan biru itu.
“Itu kan milik cowok jutek itu”.
“iya bi itu punyaku”
ucapnya lalu bibi itu memberikannya saputangan itu.
“Ya sudah bibi pamit
non” ucapnya lalu keluar dari kamar Camel, menutup pintu dengan pelan. Camel
hanya memandangi saputangan itu lalu menaruhnya ke dalam tas kecil. Ia beranjak
dari kasurnya lalu berlari kecil keluar dari kamarnya.
Diendarkan
pandangannya ke seluruh area, meneliti satu persatu setiap orang yang lewat.
Dua kali bolak balik tak menghasilkan apapun yang membuatnya capek lalu duduk
di kursi panjang. Ia sandarkan punggungnya pada punggung bangku, mengatur
napasnya yang mau habis karena berlari sedari tadi.
“Gue kok jadi bodoh
gini” ucapnya pelan lalu memejamkan matanya sebentar.
“Kalau aku buka mata
dan masih belum ketemu dia mending aku nyerah aja deh” ucapnya lalu membuka
matanya, ia tersenyum lebar ketika melihat orang itu.
Segera ia hampiri
lalu memegang pundak pria itu yang sedang menjongkok dengan lutut kanannya menyentuh lantai sebagai tumpuan berat badannya. Pria itu
berbalik menatap kearahnya, matanya yang hitam sangat tajam menatap kearah
camel.
“Rambut hitam, matanya yang berwarna hitam,kemeja hitam, celana hitam,
sepatu hitam, bahkan kacamatanya yang tergantung disaku bajunya berwarna hitam.
Nih cowok mau melayat apa pakai serba hitam semua, untung kulitnya putih kalau
hitam juga bisa-bisa dikira setan kali”.
“Apa” ucapnya pelan
tapi dapat membuat Camel tersadar akan lamunannya.
“Elu kan cowok
yang...” ucapannya terpotong begitu seiringnya ucapan pria itu yang begitu
jutek.
“Pergi” ucapnya yang
sukses membuat Camel mematung ditempat. Satu kata hanya satu kata tapi dapat
membuat Camel terdiam dan mencoba meredamkan emosinya.
“Gue Cuma mau....”
ucapannya terputus lagi karena cowok itu sudah pergi dari hadapannya.
Sebisa mungkin
Camel menahan amarahnya yang ingin ia ledakkan tapi ia menarik napas lalu
menghembuskannya setelah itu mengejar pria yang sudah membuatnya hampir gila,
menarik pergelangan tangan kanannya yang membuat langkah pria itu terhenti.
“Gue Cuma mau
kembaliin barang elu” ucapnya cepat tak ingin pria itu memotong ucapannya.
Dengan gerakan cepat dia mengeluarkan saputangan biru laut itu lalu
menyodorkannya.
“Ini punya elu kan” ucap Camel lalu mencoba
tersenyum walaupun itu hanya senyum paksaan, dengan cepat pria itu mengambil
saputangan dari tangan Camel lalu mengeluarkan sebuah botol dan
menyemprotkannya ke saputangan itu. Camel memandang tak percaya dengan apa yang
dilakukan pria itu.
“Jangan pernah
sentuh milik gue, tangan elu penuh dengan kuman” ucapnya cuek, tak ada ucapan
terima kasih tapi kata hinaan yang malah keluar dari mulut pria itu. Pria itu
pun pergi meninggalkan Camel yang mendecak kesal seraya memberikan tatapan
kesalnya pada punggung pria itu.
“Dasar cowok nyebelin bukannya bilang terima
kasih malah menghina, kalau tau dapat respon gini mending tadi tak kukembalikan
kalau perlu dibakar setelah menjadi debu baru kukasih ke dia”.
Camel menghentakkan
kakinya dengan kesal lalu pergi dari
tempat ini yang sudah dua kali membuatnya sial.
anda dapat membaca lanjutan nya di part 3
dan juga dapat membaca Part 1 jika belum membacanya ^^
anda dapat membaca lanjutan nya di part 3
dan juga dapat membaca Part 1 jika belum membacanya ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar