Kamis, 29 Oktober 2015

it's you ( part 2 )



PART 2

“Masuklah, dia sudah kesal sama elu” panggilnya lalu seseorang masuk, Camel mulai melihat dari ujung kaki sampai ke kepalanya dan betapa terkejutnya saat dia melihat wajah orang itu.

  “Elu...” pekiknya.

-----------------------------------------------------

   “Kenapa wajah elu sekaget gitu liat gue” ucapnya santai, Camel tersenyum tipis lalu segera berlari masuk kedalam pelukan orang itu.

  “Ya ampun Han gue kangen berat sama elu” ucapnya lalu memeluk lebih erat pria itu, membuat Han sedikit kesulitan bernapas.

  “Gue tau elu kangen gue tapi jangan bunuh gue dulu dengan menekan pernapasan gue” ucapnya yang langsung membuat Camel melepaskan pelukannya lalu mengaruk tengkuk lehernya yang tak gatal tak lupa senyuman ia berikan.

  “Sebentar, elu sepupu Andre? Perasaan dulu elu nggak pernah bilang deh” ucapnya penuh kebingungan, Han tertawa kecil lalu mengacak rambut gadis polos dihadapannya.

  “Dia kan sepupu tak dianggap” ucapnya santai yang langsung dapat tatapan tajam dari Andre.

  “Dasar kalian berdua nih suka banget bully gue, gue bully balik baru tau rasa” tantangnya, Camel tak takut dengan ancamannya ia malah berkacak pinggang lalu memainkan kedua alisnya turun naik.

  “Jadi elu ancam gue nih ceritanya, memang elu nggak takut gue kasih tau Rina kalau elu sering ke klub malam” ucapannya yang sukses membuat Andre kaget dengan wajah bodohnya itu dan ekspresinya sangat lucu.

  “Ini baru lucu” pikirnya.

  “Sial gue kalah telak” Camel dan Han hanya tertawa mendengar ucapannya.

  Camel menghentikan tawanya lalu memandang Han dari samping, senyuman tipis ia munculkan menandakan ia sangat senang dengan kehadiran pria disebelahnya. Pria yang dapat membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pria yang selalu membuatnya bahagia sekaligus sedih saat Han telah meninggalkannya tiga tahun yang lalu.

  Tapi yang namanya cinta pertama susah dihapus membuatnya sedikit susah untuk menyukai orang lain. Han yang mulai sadar akan tatapan Camel, menoleh ke samping melihatnya.

  “Kenapa?” tanyanya.

  “Kok elu sekarang tinggi ya perasaan elu pendek deh” ucapnya berbohong.

  “Iya dong gue kan harus lebih tinggi dari elu supaya dapat jagain dari bahaya” ucapnya yang sukses membuat Camel melonjak kesenangan, seutas senyum mulai terukir lagi dibibir mungilnya.

  “Aku memang tak pernah salah saat mempunyai perasaan ini” ucapnya yang hampir seperti gumaman.

..............................................

  Matanya memandang keluar jendela kelas berharap bel segera bunyi padahal tinggal sepuluh menit lagi maka bel berbunyi tapi menunggu sepuluh menit sangat terasa lama baginya, jarinya mulai mengetuk meja dengan irama yang cepat membuat guru yang mengajar didepan merasa terganggu dengan jemarinya yang terus mengetuk meja.

  “Camel” teriak bu Linda selaku guru kimianya, teriakannya sangat tergambar sekali dengan rasa kesalnya.

  “Ada apa bu?” tanyanya seraya berdiri cepat.

  “Kamu ini nggak bisa diam apa, selalu saja membuat saya kesal sebagai hukumannya kamu...” ucapannya tak terdengar lagi karena telah digantikan dengan suara bel yang berbunyi menandakan akhirnya sekolah hari ini.

  “Akhirnya” teriaknya kesenangan seraya mengebrak meja, bukan dia saja tapi seisi kelas bersorak gembira, neraka telah berakhir pikir mereka. Bu Linda hanya menggelengkan  kepalanya melihat kelakuan Camel dan yang lain seperti anak kecil.

  Dengan langkah semangat dia berjalan dikoridor, kadang tersenyum saat namanya dipanggil yang hanya sekedar sapaan saja untuknya. 

   Matanya menangkap sosok pria yang selalu membuatnya merasakan debaran aneh. Pria itu melambaikan tangan kepadanya membuatnya tersenyum lalu menghampiri pria itu. Selalu saja membuat Camel tersenyum seperti orang gila bahkan dia pernah berpikir sihir apa yang digunakan Han sampai membuatnya tersenyum sendiri.

  “Kok tau sekolah gue disini elu ikuti gue ya, ayo ngaku” godanya pada Han dengan nada candaan.

  “Buat apa coba gue lakukan itu, kurang kerjaan aja, gue tau dari Andre secara elu kan satu sekolah sama dia” ucapnya lalu mengusap rambut Camel dengan lembut, dia sangat suka sekali menyentuh rambut Camel.

  “Aku bisa gila kalau gini terus”.
    Ditepisnya tangan Han untuk menghilangkan rasa gugupnya yang akan segera menyerang dirinya saat lengah.

  “Rambut gue nanti rusak” ucapnya lalu masuk kedalam mobil Han.

  “Ingat, jaga rasa itu didepannya camel”.
  Han hanya tersenyum tipis lalu masuk kedalam mobil, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan sekolah yang mulai sepi.

  Mereka hanya diam didalam mobil, Han yang memang tak mau berbicara supaya fokusnya tak terbagi dua saat mengenderai mobil sedangkan Camel sibuk menetralkan detakan-detakan yang sangat berirama sekaligus tak ingin menggangu konsentrasi Han.

  “Sampai njumpa Little Bear” ucap Han setelah Camel keluar dari mobilnya.

  “Ih jangan panggil gue dengan sebutan itu, nama bagus malah dipanggil itu” gerutunya yang membuat Han tertawa melihat ekspresi Camel sekarang.

  “Malah ketawa lagi”.

  “Habisnya muka elu lucu abis Cam” ucap Han yang semakin membuat Camel merengut sebal.

  “Tau ah” ucapnya lalu pergi meninggalkan Han yang masih tertawa.

  Dia pun menghentikan tawanya lalu menatap punggung Camel yang semakin menjauh lalu menghilang seiringnya pintu yang menutup.

  “Aneh” ucapnya pelan lalu meninggalkan perkarangan rumah Camel.

  Ia rebahkan tubuhnya di atas kasur, merentangkan kedua tangannya lalu memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali karena ulah seseorang yang mengetuk pintu kamarnya mengusik rasa nyamannya.

  “Masuk” ucapnya lalu wanita paruh baya memasuki kamarnya.

  “Bibi mau tanya non?” ucapnya pada Camel dengan nada sopan.

  “Tanya apaan bi” ucapnya lalu duduk diatas kasur.

  “Ini saputangan milik Non ya” ucapnya seraya memperlihatkan saputangan biru itu.

  “Itu kan milik cowok jutek itu”.

  “iya bi itu punyaku” ucapnya lalu bibi itu memberikannya saputangan itu.

  “Ya sudah bibi pamit non” ucapnya lalu keluar dari kamar Camel, menutup pintu dengan pelan. Camel hanya memandangi saputangan itu lalu menaruhnya ke dalam tas kecil. Ia beranjak dari kasurnya lalu berlari kecil keluar dari kamarnya.

  Diendarkan pandangannya ke seluruh area, meneliti satu persatu setiap orang yang lewat. Dua kali bolak balik tak menghasilkan apapun yang membuatnya capek lalu duduk di kursi panjang. Ia sandarkan punggungnya pada punggung bangku, mengatur napasnya yang mau habis karena berlari sedari tadi.

  “Gue kok jadi bodoh gini” ucapnya pelan lalu memejamkan matanya sebentar.

  “Kalau aku buka mata dan masih belum ketemu dia mending aku nyerah aja deh” ucapnya lalu membuka matanya, ia tersenyum lebar ketika melihat orang itu. 

  Segera ia hampiri lalu memegang pundak pria itu yang sedang menjongkok dengan lutut kanannya  menyentuh lantai  sebagai tumpuan berat badannya. Pria itu berbalik menatap kearahnya, matanya yang hitam sangat tajam menatap kearah camel.

  “Rambut hitam, matanya yang berwarna hitam,kemeja hitam, celana hitam, sepatu hitam, bahkan kacamatanya yang tergantung disaku bajunya berwarna hitam. Nih cowok mau melayat apa pakai serba hitam semua, untung kulitnya putih kalau hitam juga bisa-bisa dikira setan kali”.

  “Apa” ucapnya pelan tapi dapat membuat Camel tersadar akan lamunannya.

  “Elu kan cowok yang...” ucapannya terpotong begitu seiringnya ucapan pria itu yang begitu jutek.

  “Pergi” ucapnya yang sukses membuat Camel mematung ditempat. Satu kata hanya satu kata tapi dapat membuat Camel terdiam dan mencoba meredamkan emosinya.

  “Gue Cuma mau....” ucapannya terputus lagi karena cowok itu sudah pergi dari hadapannya.

    Sebisa mungkin Camel menahan amarahnya yang ingin ia ledakkan tapi ia menarik napas lalu menghembuskannya setelah itu mengejar pria yang sudah membuatnya hampir gila, menarik pergelangan tangan kanannya yang membuat langkah pria itu terhenti.

  “Gue Cuma mau kembaliin barang elu” ucapnya cepat tak ingin pria itu memotong ucapannya. Dengan gerakan cepat dia mengeluarkan saputangan biru laut itu lalu menyodorkannya.

  “Ini punya elu kan” ucap Camel lalu mencoba tersenyum walaupun itu hanya senyum paksaan, dengan cepat pria itu mengambil saputangan dari tangan Camel lalu mengeluarkan sebuah botol dan menyemprotkannya ke saputangan itu. Camel memandang tak percaya dengan apa yang dilakukan pria itu.

  “Jangan pernah sentuh milik gue, tangan elu penuh dengan kuman” ucapnya cuek, tak ada ucapan terima kasih tapi kata hinaan yang malah keluar dari mulut pria itu. Pria itu pun pergi meninggalkan Camel yang mendecak kesal seraya memberikan tatapan kesalnya pada punggung pria itu.

   “Dasar cowok nyebelin bukannya bilang terima kasih malah menghina, kalau tau dapat respon gini mending tadi tak kukembalikan kalau perlu dibakar setelah menjadi debu baru kukasih ke dia”.
  Camel menghentakkan kakinya  dengan kesal lalu pergi dari tempat ini yang sudah dua kali membuatnya sial.

anda dapat membaca lanjutan nya di part 3
dan juga dapat membaca Part 1  jika belum membacanya ^^

Unknown Web Developer

just a young man try to change his world

Tidak ada komentar:

Posting Komentar