Part 4
Camel melihat seorang gadis cantik menghampiri pria yang selalu membuatnya kesal akhir-akhir ini.
Dilihatnya penampilan gadis itu yang nampak cantik dengan dress
birunya ditambah wajahnya yang cantik dan gaya jalannya yang seperti model.
"Kurasa aku lupa akan kataku tadi siang yang akan membunuhnya kalau ketemu lagi tapi kurasa aku yang terbunuh sekarang bukan dia yang sedang tersenyum seperti tadi siang" pikirnya.
"Kurasa aku lupa akan kataku tadi siang yang akan membunuhnya kalau ketemu lagi tapi kurasa aku yang terbunuh sekarang bukan dia yang sedang tersenyum seperti tadi siang" pikirnya.
____________
"Ahhh kenapa sih gue" teriaknya seraya mengacak rambutnya kasar, lalu
duduk di tepian ranjang.
Berulang
kali dia menggelengkan kepalanya berharap apa yang dilihatnya tadi itu hanya
halusinasi.
Dia
masih tak percaya pria dingin itu bisa tersenyum apalagi senyumnya itu
mengingatkannya pada cowok yang ditemuinya dulu.
"Ya, gue cuma berhalusinasi" ucapnya lagi lalu merebahkan badannya,
matanya menerawang mengingat kejadian tadi yang masih saja terlintas
dipikirannya.
"Tapi terasa nyata" ucapnya pelan lalu memejamkan matanya berharap
rasa ngantuk menyerangnya membuatnya tertidur dan saat terbangun dia akan lupa
apa yang terjadi hari ini.
Matanya yang tadi tertutup langsung terbuka lebar, tangan kanannya langsung
menutup mulutnya yang terbuka.
"Terus kalau dia tersenyum apa hubungannya sama gue" ucapnya, ya dia
seperti orang bodoh saja yang memikirkan hal itu.
°°°°°°
Diregangkan tubuhnya setelah tertidur diatas meja dengan menenggelamkan
wajahnya diantara kedua tangannya yang saling melipat.
Dipegangnya lehernya yang sakit, ia menoleh kesamping melihat temannya yang
sedang menatap kearahnya.
"Apa" tanya Camel ingin tau kenapa temannya tengah menatapnya.
"Camel" di tatapnya Camel serius, Camel yang ditatap seperti itu
langsung ikut serius.
"Elu...." digantungkan kalimatnya membuat Camel semakin penasaran.
"Cewek kan?" tanya temannya yang langsung diangguki Camel tanpa sadar
lalu dia diam sejenak mencerna pertanyaan barusan.
"Ya
iyalah aku cewek, jadi nih anak anggap aku selama ini apa, padahal sudah 2
tahun sekelas malah nanya pertanyaan konyol tapi kurasa lebih bodoh aku deh
yang langsung mengangguki pertanyaannya".
"Maksud pertanyaan elu itu apa" temannya hanya mengulum senyum
untuk menahan tawa yang akan keluar.
"Elu lucu deh Camel, nyawa elu masih melayang ya tadi" langsung
dijitaknya kepala gadis itu.
"Kurang ajar lu Din, oh ya ini sudah jam pulang kan?".
"Sudah, 30 menit yang lalu malah" ucap Dina santai lalu merangkul
tasnya dan meninggalkan Camel yang berdecak kesal.
Padahal
tadi dia menyuruh temannya itu untuk membangunkannya bukan malah membiarkannya
tertidur.
"Huft" dia menghela napas lelah lalu meninggalkan kelas yang sepi.
Dia tidak langsung ke pagar tapi berbelok arah ke toilet, menoleh ke kanan ke
kiri memeriksa jika ada yang masih di toilet seraya membuka kancing tasnya,
kalau dilihat dia mirip maling toilet yang akan beraksi.
Tangannya sudah memegang benda yang akan dijadikannya untuk bahan atraksi nanti.
Senyuman licik mulai menghiasi wajah manisnya seiring arah pandangannya pada
benda itu.
Dibawah teriknya matahari yang terang benderang melewati 500 lampu dengan
cahaya lampu 100 watt.
Dibawah
sinar itu diantara manusia, ada seseorang berdiri dengan memakai setelan
ala-ala pembunuh jack the ripper versi dirinya, memakai hoodie dan celana jeans
panjang, tak lupa tasnya sudah merangkul di punggungnya.
"Sial
panas banget, aku lebih mirip seorang penguntit daripada seorang pembunuh"
pikirnya karena setiap orang yang melewatinya memandang dengan tatapan
bingung sekaligus curiga.
Dia mencoba cuek dengan tatapan-tatapan itu dan mulai fokus mencari orang yang
akan menjadi sasaran utamanya hari ini. Lama ia berdiri seraya melirik ke kanan
kiri berharap targetnya akan lewat.
"Aduh
kaki ku jadi pegal linu, lama banget sih tuh orang, apa jangan-jangan dia nggak
bakalan lewat sini, oh my god kok aku jadi bodoh gini mana ada sih ada orang
yang lewat sini setiap harinya pada menit yang sama kecuali dia bekerja di
sekitar toko dijalanan ini tapi kurasa itu tak mungkin".
Kepalanya yang menunduk membuatnya melihat dompet yang jatuh, segera diambilnya
dompet itu lalu mengejar orang itu.
Dia tersenyum karena orang itu jaraknya tak terlalu jauh darinya, ketika dia
hampir memegang pundak orang itu, tangan kanannya langsung
Ditarik kebelakang lalu dicengkram sekuat mungkin lalu ditempelkan ke punggungnya.
Ditarik kebelakang lalu dicengkram sekuat mungkin lalu ditempelkan ke punggungnya.
Dia mengadu kesakitan, tangan kirinya menjatuhkan dompet yang ia pegang.
"Ish lepasin" teriak Camel tapi dia tak peduli malah sekarang
ia menahan pergerakan Camel.
Orang
yang menjatuhkan dompet itu berbalik melihat kearahnya begitu juga orang yang
berada disekitar, dia menjadi bahan tontonan.
"Itu dompet lu, orang ini hampir saja akan merampok elu yang lagi lengah
tadi" orang itu langsung menatap tajam ke arah Camel.
"What,
siapa yang mau rampok".
Camel yang tak terima dituduh mencuri langsung menginjak kaki orang yang
sedang menahannya.
Dia berbalik, tudung kepala yang menutupi wajahnya langsung terbuka memperlihat
wajah Camel yang sedang menahan amarah.
"Siapa yang lu tuduh mencuri, gue malah mau kasih dompet dia yang jatuh,
orang berbuat kebaikan malah lu tuduh seorang pencuri" gerutunya pada
orang itu yang sedang menyentuh sepatu yang terinjak oleh Camel tapi tak
memungkinkan injakan Camel takkan sakit.
Ia
mendongak lalu menatap tajam kearah Camel, Camel yang melihat orang itu
langsung terkejut.
"Mana gue tau, elunya aja pakaiannya mencurigakan gitu, pakai hoodie
disaat cuaca lagi panas apalagi kalau bukan seorang pencuri" marahnya
balik kearah Camel, Camel mengertakkan giginya menahan kesal pada pria
dihadapannya ini.
Ia
menghela napas lalu mengambil dompet itu dan memberikannya pada orang itu
seraya meminta maaf lalu berbalik menatap tajam ke pria itu.
"Dasar pembawa sial" ucap Camel tajam lalu pergi dengan membawa
kekesalan.
"Dasar gadis aneh" ucap pria itu seraya menatap punggung Camel yang
semakin menghilang diantara kerumunan.
Dia berbalik saat ada yang memegang pundaknya lalu tersenyum tipis pada orang
itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya orang itu.
"Kesalahan" ucapnya jujur.
°°°°°°
Di
acak-acak rambutnya dengan kasar membuat rambutnya yang tertata rapi jadi
berhamburan, hoodie yang dipakainya sudah dilepasnya dan dilempar ke sembarang
arah sehingga ia hanya memakai kaos putih polos.
"Jengkelin banget sih jadi orang" gerutunya setelah mengingat
kejadian tadi yang sangat membuatnya harus menanggung malu di tengah keramaian.
"Ah, kenapa sih dia selalu suka berbuat begitu pada gue padahal kemarin
dia tersenyum pada gadis itu sedangkan sama gue nggak sama sekali" racaunya
lagi lalu duduk di tepian ranjang, bibirnya mengerucut sebal, kedua tangannya
menopang dagunya.
"Lu ingin liat senyum itu?".
"Tentu saja, ah maksud gue nggaklah".
"Lu yakin nggak mau lihat, gue bisa bantu loh".
"Eh, benarkah" ucapnya senang seraya meloncat-loncat kesenangan.
"Aku
ngbrol sama siapa ya?" ia berbalik melihat cowok yang sudah memasang
tampang coolnya walaupun di mata Camel tak ada kata tertarik dengan wajah
tampannya.
"Lu datang kaya jin aja" ucapnya lalu melempar bantal ke arah Andre
"Hahaha gue penasaran siapa yang dapat membuat Camel sekesal ini sampai
harus merengut sebal dan sumpah wajah lu cute banget" godanya pada Camel,
Camel menatap tajam kearahnya.
"Ok, ok gue nggak jahil lagi, jadi lu mau terima bantuan gue"
diangkat-angkatnya kedua alisnya berharap Camel menerima tawarannya karena dia
sangat penasaran pada orang itu.
"Bantuan apaan" elak Camel padahal tadi dia sangat jelas mendengar
setiap perkataan yang keluar dari mulut Andre.
"Sudah ngaku aja sama gue, masa lu enda mau bilang" ucap Andre lalu
memungut bantal itu dan berjalan mendekati Camel.
"Buat apa coba gue mau lihat senyumnya mending gue lihat senyum Han"
Andre mengernyit.
"Masih
nggak sadar juga atau dia memang masih polos banget" pikir Andre.
"Dengerin gue ya, gue cuma akan ngomong sekali" ucapnya seraya
memegang kedua pundaknya.
"Lu itu nggak suka sama Han yang elu rasain sama dia itu cuma sebatas
kagum doang bukan rasa suka yang pernah elu bilang sama gue dan gue ngomong ini
bukan sembarangan karena gue tau pasti apa yang elu rasain sama Han".
"Gue cowok dan gue ngerti tentang hal itu kadang cewek sulit membedakan
rasa kagum dengan rasa suka" lanjutnya.
"Lu jangan sok tau deh kan gue sudah pernah bilang kalau dekat dengan Han
ada yang beda, gue sering ngerasain detak jantung gue berdetak lebih cepat
bahkan liat senyumnya aja membuat gue tersenyum juga" ucap Camel melalui
teorinya tentang cinta.
"Ck.
Gadis ini, gue harus buktiin supaya dia percaya sama apa yang gue bilang".
Ditariknya Camel masuk ke dalam dekapannya lalu mengelus rambut panjang milik
Camel dengan lembut seraya memberikan kenyamanan.
Camel yang tak mengerti tindakan Andre membuatnya bingung sendiri tapi dia
merasakan detakan jantungnya yang mulai tak teratur.
"Gue tau lu sekarang gugup kan" ucap Andre tersenyum puas.
"Apaan nggak kok" elaknya lagi seraya berusaha melepaskan pelukan
Andre tapi Andre tak dapat membiarkannya.
"Han adalah cowok pertama yang elu kenal dan sering bermain sejak kecil,
kadang sikap Han yang baik itu salah elu artiin dengan apa yang elu rasakan
untuknya".
"Elu masih polos saat itu sehingga tindakan Han selalu terlihat baik
bahkan hampir seperti pahlawan sehingga timbul rasa kagum untuknya dan kalau lu
mau bilang soal detakan itu, itu wajar Camel lu cewek dan dia cowok tentu saja
jika dia melakukan sesuatu untuk lu maka akan timbul detakan itu".
"Dan ingat elu nggak suka sama Han kalau elu memang suka terus kenapa
jantung elu berdetak dengan cepatnya dipelukan gue itu berarti elu suka sama
gue juga dong".
"Dan kenapa elu selalu tersenyum jika melihatnya tersenyum, itu karena
sejak kecil kamu terlalu fokus kearahnya hanya melihat kearahnya tanpa peduli
pada orang lain".
"Jadi cobalah untuk melihat ke sekitar" Andre melepaskan pelukannya
lalu tersenyum pada Camel membuat Camel membalas senyumnya.
"Tapi bukankah itu sama saja sama cowok itu karena apa yang gue rasain
cuma sebatas penasaran saja" ucapnya yang membuat Andre tersenyum lebar.
"Kali ini gue yakin 100 persen kalau
elu jatuh cinta pada cowok itu, ingat bahwa rasa penasaran tak jauh beda untuk
mengenal seseorang lebih jauh" ucap Andre yang sudah seperti guru cinta
untuk Camel.
"Benarkah?" tanya Camel mencoba memastikan dan langsung diangguki Andre
tanpa ragu.
"Ya, elu mau tau tentangnya" ucap Andre lagi tapi Camel masih ragu
dengan ucapannya.
"Kalau elu masih belum yakin gue akan buktiin secara langsung" Camel
mengernyit tak mengerti maksud Andre yang mengatakan secara langsung.
"Apanya
yang langsung coba?" pikirnya.
"Maksud elu" lanjutnya tapi Andre hanya menjawab dengan senyuman
liciknya.
Tak ada
yang tau apa arti dibalik senyuman itu bahkan Camel sendiri tak tau.
Tbc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar