Minggu, 01 November 2015

It's you ( part 3 )



Part 3
  “Jangan pernah sentuh milik gue, tangan elu penuh dengan kuman” ucapnya cuek, tak ada ucapan terima kasih tapi kata hinaan yang malah keluar dari mulut pria itu. Pria itu pun pergi meninggalkan Camel yang mendecak kesal seraya memberikan tatapan kesalnya pada punggung pria itu.
   “Dasar cowok nyebelin bukannya bilang terima kasih malah mkenghina, kalau tau dapat respon gini mending tadi tak kukembalikan kalau perlu dibakar setelah menjadi debu baru kukasih ke dia”pikirnya.
  Camel menghentakkan kakinya  dengan kesal lalu pergi dari tempat ini yang sudah dua kali membuatnya sial.
___________
    Bersandar pada pohon seraya menikmati udara sekitar, melihat anak - anak yang sedang bermain dengan riangnya adalah hal biasa tapi khusus hari ini harus diralat bahwa ada hal aneh yang terjadi.
  Melihatnya tertawa dengan lebarnya, sesekali ikut bermain dengan anak-anak sukses membuat seorang gadis berumur 17 tahun itu terperangah lebar. Bahkan dia sulit mendiskripsikan apa yang terjadi, apa dia sedang berhalusinasi atau sedang bermimpi buruk.
  Bug. Lemparan bola tepat terarah ke keningnya yang tak tertutup poni membuatnya tertarik secara paksa dari lamunannya, tangan kanannya mulai digerakkan untuk mengusap keningnya yang terasa sakit, matanya menatap bola yang terjatuh di tanah.
  Tatapannya tak tertuju pada bola lagi tapi pada seseorang yang tengah mengambil bola itu, ia terus menatap orang itu tanpa mengalihkan perhatiannya.
  Sadar ada yang memperhatikannya, dia mendongakkan kepalanya melihat siapa yang melihatnya, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun saat melihat gadis itu.
  Tanpa minta maaf karena tanpa sengaja melempar bola ke gadis itu, ia berbalik lalu pergi menuju ke kerumunan anak-anak yang sedang menunggunya.
   "Aku kok jadi blank gini, mana tuh cowok nggak mau minta maaf, memangnya dia itu tak diajarkan untuk sopan pada cewek" .
  Ia berdiri matanya masih memandang pria itu yang sedang asik bermain, tangannya mulai mengambil sesuatu didalam tasnya. Setelah mendapatkan benda yang ia mau, ia tersenyum pada benda itu lalu menyiapkan ancang-ancang.
  Setelah ancang-ancang siap, dilemparkannya benda itu tepat ke kening pria itu. Balas dendam terbalaskan, pikirnya.
  Tanpa merasa telah melakukan kesalahan apapun ia berbalik kembali bersandar pada pohon lalu membaca novel yang sempat ia baca di perpus.
  Langkah kaki yang semakin mendekat terdengar ditelinganya, suara langkah itu berhenti tepat didepannya lalu mengambil novel itu lalu membuangnya begitu saja. Ditariknya lengan gadis itu sehingga membuatnya saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.
  Ditatapnya gadis itu dengan tatapan yang siap membunuh siapa saja yang telah berani menganggu dirinya. Gadis itu memberanikan dirinya untuk membalas tatapan yang begitu mengintimidasinya.
   "Apa?" tanyanya karena pria itu hanya mencengkramnya yang semakin lama semakin kuat tapi sebisa mungkin ia menahan rasa sakit itu.
  "Ada yang bisa saya bantu tuan" ucapnya dengan nada yang begitu mengejek, dia hanya ingin menghilangkan rasa gugupnya yang tiba-tiba saja datang karena terlalu lama bertatapan dengan pria itu.
   Pria itu melepaskan cengkramannya lalu menaruh benda yang terlempar ke kepalanya sekarang berada di tangan gadis itu.
  "Apa lu bodoh" ucapnya jutek lalu pergi meninggalkan gadis itu yang kaget dengan 3 kata barusannya.
   "Cowok sialan itu rupanya beneran mau aku bunuh".
  Tangannya mengepal menahan emosi yang siap meledak saat ini juga, diaturnya napasnya yang mulai memburu.
   "Cowok gila" teriaknya lalu mengambil tasnya dan pergi dari taman itu.
   "Selalu saja sial kalau aku ketemu dia, mana kalau ngomong kasar banget, mimpi apa sih semalam sampai aku harus ketemu dia lagi, arrrrgggghhhh".
  "Kalau sampai aku ketemu lagi dengannya maka akan kupastikan aku akan membunuhnya saat itu juga".
Camel pov
   Langsung kuhempaskan tubuhku ke sofa, aku terlalu malas untuk naik ke lantai dua. Kuusap keningku untuk mengurangi emosi yang sempat ada karena tuh cowok.
  Cowok jutek plus nyebelin tingkat dewa, mana kalau ngomong sarkastik banget, tuh mulut rasanya mau kurobek aja.
Sabar Camel, kamu takkan pernah ketemu dia, ya aku nggak bakalan ketemu dia lagi.
   Kupejamkan mataku sebentar lalu menghela napas lelah, padahal aku ingin mengurangi stress ditaman itu gara-gara tugas yang numpuk tapi malah tambah stress dan sakit hati gara-gara tuh cowok.
   "Tapi dia manis saat tersenyum bersama anak-anak itu" eh nih mulut kok malah puji dia sih, tau ah mending aku tidur.
    Kuusap keningku yang sakit merasakan benda keras baru saja terlempar dikepalaku, pandanganku terlalu kabur untuk melihat benda itu apalagi sinar matahari yang terlalu terang.
  Kurasakan tubuhku yang mau jatuh tapi langsung ada yang menahannya dengan memegang lenganku.
  "Aku minta maaf, apa kamu baik-baik saja?" suaranya terlihat khawatir, belum sempat aku melihatnya pandanganku sudah menggelap.
   Kurasakan ada yang menepuk pipiku dengan pelan berusaha menyadarkanku, Kubuka mataku dan sinar matahari yang terik langsung menyerang mataku, kutaruh lengan kanan diatas wajahku berusaha menghalangi sinar yang ingin menusuk mataku.
  "Minumlah" aku menoleh melihat seseorang yang tak kukenal, ia menyodorkanku sebotol minuman.
  Aku berusaha merubah posisiku dari yang terbaring menjadi duduk, aku melihat sekitar dan merasa sangat asing dengan keadaan sekitar. Aku tak pernah kesini dan aku sangat yakin tentang hal ini.
  "Hei" aku berbalik menatapnya kembali, ia menatapku seraya memberikan senyuman.
Deg. Astaga perasaan apa nih? Kok aku jadi gini sih?
  Ia sedikit membungkukkan badannya, tak kutepis tangannya yang menyentuh keningku, aku merasakan gugup yang luar biasa.
   "Syukurlah kamu baik-baik saja" ucapnya lalu memberikanku sebuah senyuman yang membuatku harus membalas senyum manisnya.
  "Kamu siapa?" tanyaku padanya, dia kembali berdiri tegak.
   Senyuman diwajahnya masih tak hilang dari sudut bibirnya, dia mulai mengerakkan mulutnya membentuk rangkaian kata yang akan diucapkannya padaku.
  "Aku....".
   Aku tersadar dan langsung membuka mataku selebar mungkin karena merasakan ada yang mengguyur wajahku dengan air.
  "Sialan" ucapku lalu kulihat ada dua orang yang sedang tertawa tapi mempunyai gaya yang berbeda, yang satu hanya tertawa pelan sedangkan yang satunya sedang tertawa lebar dan aku tau dia pasti pelaku utama saat ini
  "Rese banget sih lu" ucapku lalu kuusap wajahku yang basah, kuharap ini hanya air mineral bukan air got atau apapun yang dapat membahayakan wajahku.
   "Habisnya gue sudah bangunin elu tapi elunya nggak bangun-bangun jadi gue siram aja air mineral gue yang masih tersisa setengah" syukurlah air mineral, eh tapi tadi dia bilang tinggal setengah jangan bilang.
  "Apa air itu bekas minuman lu?" tanyaku dan dia hanya mengangguk dengan tampang polosnya yang bikin gue mau remas-remas tuh wajah.
   Kulemparkan bantal sofa padanya dan dia berhasil menghindarinya, kulipat kedua tanganku tanda aku marah padanya yang seenaknya saja membangunkanku dari ingatan kecilku yang mulai rapuh.
   Tapi ingatanku tentang itu masih saja terngiang dikepalaku, bahkan aku masih bisa mengingat jelas tapi aku tak tau namanya bukan karena lupa tapi dia tidak memberitauku yang kutau dia cuma bilang 'Sweet Smile' dan kurasa itu benar.
   Senyumannya memang sangat manis sesuai dengan teman-temannya yang sering menjulukinya itu dan terbanding balik oleh si iblis hitam itu, kalau kuingat perlakuannya di taman itu sangat menjengkalkan sekali padahal kejadiannya hampir sama cuma yang membedakan dia tidak ada mengucapkan kata maaf sama sekali.
   Seolah-olah aku tidak pantas mendapatkan kata itu darinya, padahal itu hanya 4 huruf tapi sesusah itukah dia mengucapkan itu untukku dan kenapa juga aku malah mempermasalahkannya.
  Bodohlah itu mulutnya ya terserah dia kenapa juga aku harus sekesal ini.
  "Woi Camel".
  "Apa".
  "Dih keluarkan juteknya, elu kenapa melamun gitu" ucapnya lalu duduk disebelahku, kutatap dia dengan tatapan tajam karena masih tak terima dengan perlakuannya.
  
   "Suka-suka gue lah, apa urusannya sama elu" ucapku jutek lalu menatap kedepan, tatapanku jatuh melihatnya yang sedang tersenyum padaku.
  "Hampir" ia hampir sama dengan orang itu, senyumannya juga manis.
  "Hah? Apanya yang hampir?" aku kembali melihat orang yang duduk disampingku dengan tatapan bingungnya, kujitak kepalanya lalu berdiri dan berjalan ke tangga.
  "Elu mau kemana?" teriaknya.
  "Mau ganti bajulah bodoh" ucapku tanpa berbalik kearahnya.
°°°°°°°°°°°°
   Kami sedikit membuat keributan kecil bukan karena bertengkar tapi tingkah konyol Andre yang terlalu kekanak-kanakkan menurutku.
  "Bisa nggak sih elu nggak malu-maluin gue" ucapku seraya menahan tawaku yang melihatnya sedang menaruh sumpit di belakang kedua daun telinganya yang seperti menyerupai tanduk kalau tidak ada dedaunan diatasnya
    "Hentikan Dre" ucap Han mungkin dia malu apalagi banyak yang melihat kearah kami dengan tatapan yang entahlah sulit untuk kumengerti atau karena aku memang tak mau mengerti.
   "Yah, elu nggak seru ah, gue kan cuma mau menghibur diri doang dengan bertindak gila" ucapnya tapi tetap menjauhkan sumpitan itu dari telinganya.
   Han hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus ke handphonenya lalu seutas senyum muncul menghiasi wajahnya. kurasa itu dari pacarnya, kubur saja harapanmu Camel.
   Aku menoleh ke arah jam 11 melihatnya yang sedang sibuk dengan kameranya. Kuperhatikan lebih lekat dan memang benar itu dia dan seperti biasanya dia selalu memakai pakaian berwarna hitam kaya nggak punya baju warna lain aja.
   Tapi ada yang sedikit berbeda dari kemarin dan tadi siang, kancing kemeja atasnya terbuka dan lengan bajunya juga dilipat sampai siku ditambah dia memakai kacamata putih sehingga matanya yang hitam itu terlihat jelas dan itu sangat sexy.
   'What SEXY gue pasti gila sampai menyebutkan kata itu seraya menatapnya'
   "Elu kenapa geleng-geleng gitu" ucap Andre yang melihatku seperti orang aneh, Han yang mendengar penuturan Andre ikut melihatku.
  "Gue cuma mengasihani diri gue karena harus dekat sama lu" ucapku berbohong dan dia langsung menjitak kepalaku dan kubalas dengan juluran lidah.
   Kembali mataku memandang kearahnya, aku tak bisa menghentikan mataku yang terus menatapnya padahal tak sesuai dengan keinginanku seharusnya aku tak memandang kearahnya bisa saja dia sadar dan memergokiku yang menatapnya lalu melemparkan kata-kata pedasnya.
  Tapi kurasa itu takkan terjadi karena ada seseorang yang menghampirinya, dia tinggi apalagi ditambah memakai high hells yang menurutku semakin membuatnya seperti orang profesional, drees berwarna biru laut pas jatuh ketubuhnya sehingga panjangnya diatas lutut, rambutnya dibiarkan tergerai.
   Apa dia model apalagi ditambah parasnya yang cantik dan hei dia tersenyum pada gadis itu, apa dia pacarnya.
  Kurasa aku lupa akan kataku tadi siang yang akan membunuhnya kalau ketemu lagi tapi kurasa aku yang terbunuh sekarang bukan dia yang sedang tersenyum seperti tadi siang.

pingin tau kelanjutannya ??? tetap tunggu nanti akan di update lagi.
Unknown Web Developer

just a young man try to change his world

Tidak ada komentar:

Posting Komentar